Seperti pepatah mengatakan, dari Buah kita akan mengetahui Batang Pohonnya. Demikian juga dalam hal marga-marga keturunan yang umum terdapat pada et nis Toba, secara khusus kita keturunan Raja Silahi Sabungan dari Silalahi Nabolak. Silahi Sabungan berasal dari 2 suku kata. Itu sebabnya penulisan yang benar adalah Silahi Sabungan, bukan Silahisabungan. Lahi artinya Laki-laki , sementara Sabungan antinya Jawara atau kesatria. Penempatan kata Si adalah kata penunjuk tambahan terhadap sesuatu atau seseorang. Sehingga Silahi Sabungan dapat diartikan sebagai Lelaki Kesatria.
Kita keturunan Raja Silahi Sabungan tentu sangat dikenal dalam komunitas etnik Toba. Silahi Sabungan yang berasal dari Toba Holbung, Balige, kemudian merantau dan tinggal di tepian danau Toba, belantara Pakpak Dairi. Di sini, Silahi Sabungan kemudian menikahi putri Pakpak Dairi bernama Pingganmatio Padang Batangari dan dari sini Silahi Sabungan mendapatkan 7 putra dan satu putri. Kemudian Silahi Sabungan menikah lagi dengan Siboru Nailing putri Nairasaon dan dari sini Silahi Sabungan mendapatkan 1 putra lagi. Keseluruhan, Silahi Sabungan memperoleh 8 Putra dan 1 Putri.
Adapun ke delapan putra Silahi Sabungan (secara berurutan) adalah : Loho Raja,Tungkir Raja, Sondi Raja, Butar Raja, Dabariba Raja, Debang Raja, Batu Raja dan Tambun Raja. Tujuh dari delapan putra Silahi Sabungan berdiam dan berketurunan di Huta Lahi. Sedangkan satu lagi, yaitu Tambun Raja, memilih pergi untuk menemui ibunya, Siboru Nailing putri Nairasaon di Sibisa (Porsea) dan tinggal disana. Tambun Raja kemudian menikah dengan putri Raja Mangarerak (leluhur marga Manurung), pamannya sendiri. Di Sibisa, ia dikenal dengan Raja Tambun dan digelari juga Raja Itano.
Pada perkembangannya, anak-anak Silahi Sabungan kemudian menurunkan marga keturunan (klan). Keturunan Loho Raja memakai marga Sihaloho. Keturunan Tungkir Raja memakai marga Situngkir. Keturunan Sondi Raja memakai marga Sirumasondi dan Sirumasingap, Keturunan Butar Raja memakai marga Sidabutar. Keturunan Dabariba Raja memakai marga Sidabariba. Keturunan Debang Raja memakai marga Sidebang. Keturunan Batu Raja memakai marga Pintubatu. Sama halnya dengan Keturunan Tambun Raja memakai marga Tambun.
Pada fase selanjutnya, seiring bertumbuh kembangnya keturunan Silahi Sabungan, maka terlahir kembali marga-marga turunan (Marga Gelleng) dari marga-marga diatas. Marga Sihaloho menurunkan marga Silalahi. Marga Situngkir menurunkan marga Sipangkar, Sipayung, Silalahi. Marga Sirumasondi menurunkan marga Rumasondi, Sirumasingap menurunkan marga Rumasingap, kemudian juga marga Silalahi, Sihaloho ( keturunan Raja Bunga-bungan Silalahi di Balige) , Sinagiro, Sinabang, Sinabutar, Naiborhu, Sinurat, Nadapdap, Doloksaribu. Keturunan Sidabutar menurunkan marga Silalahi. Keturunan Sidabariba menurunkan marga Silalahi. Keturunan Sidebang menurunkan marga Silalahi. Keturunan Pintibatu menurunkan marga Sigiro dan Silalahi. Keturunan Tambun menurunkan marga Tambunan dan Daulai.
Keturunan Silahi Sabungan di Huta Lahi bertumbuh-kembang dengan pesat. Secara teritori, Huta Lahi termasuk dalam otonomi Pakpak Dairi. Huta Lahi menjadi bagian dari otonomi Suak Sumbul Pegagan. Namun sejak pendudukan Kolonial Belanda, maka penataan otonomi dan administrasipun dilakukan. Kolonial Belanda kemudian menetapkan penamaan Huta Lahi dan sekitarnya menjadi Silalahi Nabolak. Demikian halnya dengan pesisir danaunya dinamai Tao Silalahi sampai saat ini. Sejak pendudukan Kolonial Belanda pula, arus kedatangan imigrasi dari Tapanuli (Toba Holbung) sangat pesat, terlebih mereka yang terpelajar dari Balige dan Tarutung dan diangkat Kolonial Belanda sebagai Staff di Pakpak Dairi. Selain itu, perantau dari Samosir juga berdatangan ke negeri Pakpak Dairi untuk merantau, merubah nasib. Tak ayal kemudian jika di negeri Pakpak juga terdapat banyak penduduk etnis Toba dan Samosir.
Di Samosir ada fenomena tersendiri. Keturunan Datu Naboratan Sinabang konon banyak memakai marga Sinabang dan Silalahi. Demikian Sinabutar keturunan Siraja Bunga-bunga Silalahi dari Balige jamak memakai marga Sinabutar dan Silalahi di Samosir. Menjadi rancu kemdian, ketika marga Sidabutar, Sidebang, dari Silalahi Nabolak merantau ke Samosir dan bertemu keturunan Sinabang, Sinabutar, Silalahi dan apakah terjadi kesepahaman atau ala kebiasaan (?) dan pada akhirnya yang ada di Samosir jamak memakai marga Sinabutar, Sinabang atau Silalahi saja. Selain itu, di Samosir terlebih dahulu telah ada marga Sidabutar keturunan Nai Ambaton (Parna), sehingga untuk menghindari kesalahpahaman maka marga Sinabutar eksis sebagai marga mereka yang bersal dari Silalahi Nabolak ataupun dari Balige.
Satu hal yang penting kita garis bawahi adalah bahwa marga Silalahi adalah marga gelleng dari keturunan Silahi Sabungan, baik itu di negeri Pakpak Dairi, Baik itu di negeri Simalungun maupun Tanah Karo, baik itu negeri Samosir Tolping dan Pangururan ataupun di Toba Holbung (Balige). Sehingga jamak disebutkan pula bahwa marga Silalahi merupakan marga parsadaan dalam keturunan Raja Silahi Sabungan.
Turasi (Turi-turian Raja Silahi Sabungan) sejak tahun 1968 telah dibicarakan dengan membentuk Team Panitia persiapan Pembangunan Tugu Makam Raja Silahi Sabungan, di negeri Silalahi Nabolak. Bukan tanpa kendala, namun kinerja Panitia serta dorongan kebersamaan dari seluruh komunitas Pomparan Raja Silahi Sabungan dari berbagai penjuru Tanah Air, akhirnya Tugu Makam Raja Silahi Sabungan secara resmi berdiri dan diresmikan pada tanggal 26-27 Nopember 1981.
Generasi muda Pomparan Raja Silahi Sabungan agar memahami dan tidak perlu menanggapi ocehan miring bahkan mesdiskreditkan keabsahan Tugu Makam Raja Silahi Sabungan di Silalahi Nabolak yang saat ini marak di dunia maya atau jejaring sosial. Kita tidak perlu terpancing juga dengan perdebatan-perdebatan sia-sia yang bahkan sampai pada caci-mencaci seperti marak di jejaring sosial atau blog internet. Para pendahulu kita telah mengambil satu kesepakatan bulat dan bukan tanpa alasan pemikiran serta logika. Para pendahulu kita dahulu pastilah sudah berjerih lelah dalam mempertimbangkan segalanya. Tugu Makam Silahi Sabungan adalah hasil kesatuan seluruh Pomparan Raja Silahi Sabungan, baik itu di Bona ni pasogit dan di Tano Parserahan (perantauan ). Catatan status dan tulisan di dunia maya sudah dimanfaatkan oleh Oknum tertentu yang seolah-olah pembangunan Tugu serta Tarombo Raja Silahi Sabungan sarat dengan skandal dan sentimentil. Alasan mereka sangat klasik, namun upaya mereka adalah merongrong keutuhan Pomparan Raja Silahi Sabungan.
Bahwa Tarombo Raja Silahi Sabungan yang tertera di Tugu Makam Silahi Sabungan adalah patokan mutlak bagi seluruh pomparan Raja Silahi Sabungan. Serta Poda Sagu-sagu Marlangan sebagai tali pengikat diantar keturunan Raja Silahi Sabungan.
Horas.